Sunday, February 08, 2009

Tembok.

Saya bingung.........
Apakah pilihan yang harus kita buat selalu merupakan kontradiksi dari apa yang kita inginkan?
Apakah ini salah satu dari konsep bahwa kesabaran itu adalah tidak melihat secara langsung apa yang kita mau, tetapi lebih cenderung kepada apa yang bisa kita lihat dibalik apa yang kita mau?

Bu Ati bilang, supaya saya tidak lagi menunggu dia........ karena sebuah alasan yang memang jelas, tetapi, alasan itulah juga yang menjadi alasan bagi saya untuk ada buat dia. Tapi kini semua menjadi tidak ..... tidak penting.

Karena kenapa? Ternyata memang benar, hidup adalah bagaikan laut, terkadang tenang, terkadang ganas, terkadang hangat, terkadang dingin. Kini, ombak kehidupan sedang membuat hati ini terombang ambing.

Tapi tak masalah, tembok-tembok sekolah ini mengajarkan untuk menjadi seseorang, seseorang yang lebih kuat. Mungkin tidak semua rekan guru atau murid melihat hal ini. Namun di dalam tembok sekolah, saya melihat anak-anak yang tumbuh menuju kedewasaan, rekan-rekan yang menyikapi sikap dan sifat anak-anak, semua permasalahan yang ada, semuanya sangat kompleks dan bersatu menjadi sebuah korelasi yang seakan-akan menuju ke sebuah sinergi akan sebuah chaos. (saya nulis bari tu ngarti naon anu di tulis :D).

Intinya, semua itu menumbuhkan kedewasaan tersendiri, semua itu menyediakan makanan hati, semua itu ada, untuk dimanfaatkan.

Selalu saya bilang kepada anak-anak, terutama mereka yang nilainya jelek dan minta perbaikan, "Pak, kapan remedial paling akhir dikumpulkan?". Bah, pertanyaan yang paling saya benci. Saya selalu menjawab, "Jangan tanya paling lambat, cepetan aja kamu kerjain, terus kumpulin ke saya." Kemudian saya akan selalu bilang, "Saya mah gak butuh ke kamu, mau nilai kamu bagus ato jelek juga."

Sedikit sadis memang, tapi benar, saya tidak butuh murid saya, terutama jika itu murid jadi murid yang malas. Saya hanya menginginkan satu dari murid saya. Yaitu mereka berhasil, berhasil dan tidak melupakan masa lalu, dari mana dia berasal, dan almamater.

Semua itu ada di sekolah.

Dan bagi saya pribadi, tembok-tembok sekolah ini menguji kesabaran saya dengan amat sangat. Saya menemukan ketenangan hati saya di sini, di dalam tembok yang katanya mengerikan dan membosanan ini. Saya menemukan obat bagi hati ini di dalam tembok-tembok ini. Saya menemukan cinta saya di dalam tembok-tembok ini. Walaupun cinta itu kembali hilang.

Dan kini, di dalam tembok-tembok ini lagilah, saya menemukan kembali obatnya. Segala sesuatu saya dapat temukan di sini. Hanya saja, semua godaan yang ada sangatlah berat.

Namun sekali lagi, mungkin ombak sedang tinggi, mungkin lautan sedang dilanda badai. Tapi, ini hanyalah sebuah ujian, sebaik apakah saya membawa kapal ini.

No comments: