Saturday, August 21, 2010

MAY DAY

1 Mei kemaren, para buruh di Indonesia dan seluruh dunia memperingati hari mereka. Hari Buruh. Mereka, terutama di Indonesia, menuntut perbaikan kehidupan, gaji, kesejahteraan, juga jaminan dari pemerintah untuk tidak ada PHK (yang mana bisa saya katakan cukup aneh, mengingat bahwa pemerintah sekalipun tidak bisa melihat masa depan).
Mereka turun ke jalan, berdemo ria dengan semangat juang 45, menuntut hak-hak mereka. Membawa ornamen yang unik, membakar poster pemimpin negara dan menghujat juga menyidir.
Bermodalkan kehidupan mereka yang kurang, mereka menuntut perbaikan hidup, karena UMR yang rata-rata di setiap kota adalah 800 ribu masih dianggap kecil, terlalu kecil malah. Belum lagi jaminan dari pemerintah bahwa mereka harus aman, jadi buruh tetap dan tidak terancam PHK, walopun keadaan keuangan perusahaan misalnya sedang kacau.
Selamat bagi para buruh yang gigih dan terus berjuang.
Tapi saya juga ingin menanamkan rasa semangat yang sama kepada semua guru honorer yang ada di negeri ini, dengan gaji rata-rata di bawah Rp. 500.000 atau bahkan ada yang di bawah Rp. 300.000, mari, kita terus berkarya demi anak bangsa, demi bangsa dan demi masa depan kelangsungan umat manusia. Semangat juang para buruh ketika berdemo di atas, mari kita tiru, dengan memberikan yang terbaik kepada anak didik kita, sehingga mereka nanti bisa berguna, bagi Nusa, Bangsa dan Agama.

Duka Naon Tah

Pernah ga kalian melihat kembali masa lalu dan menyesal sejadi-jadinya akan apa yg sudah hilang? Berkhayal dalam alunan mimpi akan kemungkinan yg bisa terjadi seandainya jika semua berbeda?
Pernah ga kalian merasa ingin berteriak sejadi-jadinya jika mengingat, melihat, mendengar, merasa, menyentuh, sesuatu yg ada di masa lalu?
Tidak ada kepastian dalam hidup ini, kita bisa berstrategi, berfikir 7x tentang langkah yg akan kita ambil, tp te2p, hidup ini selalu menyimpan kejutan.
Tapi kita musti bisa, mau dan harus ngalengkah, gak bisa terus2an ada di masa lalu.
Si eta ayeuna hidup senang, si eta ayeuna sukses, si eta geus kawin, si eta jadi dokter, si eta geus berhasil jd tukang beca, si eta jadi gelandangan profesional, si eta boga kabogoh geulis, si eta hirup makmur, si urang?
Padahal mereka itu adalah kawan, rekan, teman, sahabat, mantan kekasih atau rival dulu. Mereka memilih jalan yg berbeda. Tp apa kita pernah mikir, coba mun urang bareto begini-begitu, bakal jiga si eta, bakal jd jeung si eta, bakal tetep jeung si eta, bakal jd konglomerat kelas kakap.
Sebuah polemik tak berujung dan berdasar, sekalipun dengan rasa ikhlas seorang manusia biasa, hal tersebut yg ada di dalam ingatan kita, yg tak kan pernah hilang, bakalan keluar, keluar, keluar dan mengganggu.
Terutama bagi kalian yg merasa masa lalu dengan dia, masa lalu waktu begini, masa lalu waktu masih bisa, adalah masa-masa yang paling indah, pasti bakalan sulit untuk bisa di delete. Apa kudu di format? ato low level format?
Nya, apapun cara untuk dapet solusina, intina mah tetep, eta solusi moal papanggih, kecuali mun amnesia saumur-umur, hha.
Serius dah, bahkan ketika sekarang kita hidup bahagia dan mendapatkan apa yg dibutuhkan, hal di atas tadi bakalan tetep ngaganggu. Ngaganggu saat kita bisa terganggu, rapuh, lemah dan rentan.
Tapi serius, hirup mah jalan terus, terus dan terus. Tanpa harus takut bakalan enggeusan, da nu kudu dipikasieun mah, mun hirupna teu mimitian, jadi teu hirup pisan tah? heu.

Mendapatkan-Kehilangan

Si Via nanya ke saya td, “Apa klo qt ngdapetin sesuatu tu b’arti qt kehilangan sesuatu?”
Sy jawab, itu salah, kebalikannya lah yg bener, kita harus kehilangan sesuatu tuk dapetin sesuatu.
————————–
——————————————————————————————–
Setiap Lebaran, kami sekeluarga kumpul. Dan seperti biasa, acara bagi2 uang Lebaran selalu berlangsung. Salah satu sepupu sy, katakan lah A (mun disebutkeun sieun indungna ngamuk, hhe), mendapatkan banyak uang, yg selalu dia simpan di dompet khusus. Kami biasa merayakan Lebaran di kota yg panas, Purwakarta, dan tentu saja, sebotol minuman segar dingin sangatlah menggoda. Ketika sepupu yg lain membeli sebotol minuman dingin, si A juga mau, dan dia meminta uang kepada ibunya. Namun ibunya berkata, “Pakai aja uang kamu.” Dan otomatis si A menolak. Hahahaha.
Perbincangan akan berlanjut dengan nasehat ibu, bahwa ini adalah semacam latihan. Bahwa yg kita miliki tidak ada yg abadi. Kita harus kehilangan sesuatu tuk dpetin sesuatu. Si A harus kehilangan uang untuk membeli minuman segar.
————————————————————————————————————————
Tapi semua gak sebatas seperti jual-beli biasa, pembeli kehilangan uang dan mendapatkan barang, penjual kehilangan barang dan mendapatkan uang. Semua sudah diatur sama BOS di atas, dengan dimensi waktu yg tek terbatas.
Contoh, seorang dosen sy dulu ketinggalan perahu untuk menyebrang ke pulau Jawa dan kuliah di salah satu PT ternama (ketinggalan gara-gara kurang ongkos,hehe), padahal dia sudah memiliki kursi disana.
Tapi setelah berhasil dapet duit, dia tetep ke kota Bandung ini, berjualan apa adanya, kuliah di salah satu PT ternama lainnya sambil berusaha. Mendapatkan penghasilan, jodoh dan pekerjaan selain sebagai polotisi, penemu juga dosen. Dia kehilangan waktu dan kesempatan. Tp mendapatkan banyak hal baik lainnya.
————————————————————————————————————————
Tp gimana kalo yg dipermasalahkan tetep, keu2h, soal kehilangan?

WHAT IS NECESSARY IS NEVER UNWISE


Pernah gak merasa serba salah karena apa yg hendak kita lakukan itu adalah sesuati yang kurang, atau bahakan tidak baik?
Apa coba batasannya? Bahwa sesuatu yg tidak baik itu bisa dianggap baik.
Apakah hanya sebatas bahwa kita akan bahagia, kalo itu kita lakukan? Ato demi hajat hidup orang banyak? Atawa hanya sekedar, kita suka aja, hha.
“Dia udah punya co, tp sy suka dia. Hantem aja ah, teruskan, maju terus pantang mundur.” –> Ini salah atau benar? apakah baik atau tidak. Terlepas dari niat baik kita yg tulus menyayangi itu ce, tetep saja kita bakal berfikir bahwa tindakan ini kurang bijaksana. Karena walaupun kita menyukai seseorang yg sudah berpasangan dengan orang lain, dan berfikir untuk mendapatkannya, hey, pacaran kan bukan menikah, tetap saja ini kurang bijaksana.
Tp akan terjadi komplikasi yang akut, jika ternyata si ce juga menyukai kita, nah loh, kita suka ama ce yg udah punya pacar, dan tidak bertepuk sebelah tangan. Hantem sajah, maju terus pantang mundur, MERDEKA.
Tp tetep, kita bakal dicap perebut kekasih orang, kita bakal berfikir ‘gak enak’, dkk.
Serba salah kan?
Namun, jika itu adalah yg kita butuhkan, kenapa tidak? Kekasih pujaan hati, cahaya penerang hati yg gundah, wanita tercantik di dunia (setelah si mamah, hhe), si ayang, dll ……. lebay nya? hha. Sebelum jadian ama saya adalah kekasih seseorang. Tp sy gak peduli, sy butuh dia, karena pada saat itu, hanya dia yg bisa menenangkan dan mengobati hati ini.
Sy maju terus, dan keputusan ini tidak sy sesali sedikitpun. Karena sampai detik ini, sy merasa yakin, bahwa dia adalah tulang rusuk sy yg hilang.
Pd waktu itu sy merasa perlu, amat sangat perlu, untuk mendapatkan dia. Untuk dapat saling mengisi, melengkapi dan menerangi hari-hari.
Dan saya menyimpulkan, walaupun terlihat tidak baik, terkesan tidak pada tempatnya, APA YANG DIPERLUKAN, TIDAK PERNAH TIDAK BIJAKSANA, WHAT IS NECESSARY IS NEVER UNWISE.
Selama itu adalah hal yg amat sangat dibutuhkan, hal itu tidak bisa disebut tidak bijaksana. Salah mungkin, tp bijaksana.
Bagaimana dgn kalian?

Sekedar Cerita

Beberapa waktu yg lalu, si sayah mengantar sang ibu ke dokter. Duduk di luar, di pinggir pintu, nyaman, diterpa angin sepoi-sepoi di tengah-tengah suhu Bandung yg semakin panas.
Ujung mata tiba-tiba menangkap sesosok manusia dengan buntelan yg banyak di bahu. Seorang tunawisma, berjalan menuju apotek. Melanjutkan lamunan, tiba-tiba si sayah disapa, si tunawisma, seorang ibu setengah baya, dengan pakaian kotor dan sobek di beberapa tempat, kotor, kumal dan kusam. Rambut ala penyanyi rege, tapi tanpa bundelan, yang rupanya di simpan di pojok.
Dia bertanya, “Permisi pak, apa ini rumahnya Ibu Dokter?”.
Tersenyum, baik di bibir dan dihati, sayah menjawab. “Ibu mau periksa? Ke dalam aja Bu.” Dia tertegun, dan membuat saya kembali mempersilahkan dia untuk masuk.

Setelah menunggu beberapa saat, sayah memutuskan masuk ke dalam, dan melihat si tunawisma tadi berbicara dengan FO, tentang obat yg dia terima (Pemeriksaan dan obat gratis). Tak lama, si tunawisma lalu keluar. Si FO menyuruh OB membersihkan kursi bekas si tunawisma diperiksa, wajarlah, karena dia benar-benar kotor.
Sayah ngobrol ama si mamah, setelah si tunawisma itu keluar untuk mendapatkan dia kembali ke dalam. Dia berkata ke pada FO, ada barangnya yg ketinggalan. Si FO menjelaskan dengan sabar, tidak ada, si tunawisma bilang mungkin di kamar mandi, si FO menjawab, bahwa si tunawisma gak ke kamar mandi. Lalu si FO bertanya, “Apa yang ketinggalan?” si tunawisma menjawab, jika dompetnya yang gak ada. Si FO meminta si tunawisma mencari lebih seksama, kemudian, benar saja, dompetnya ada di dalam salah satu saku si tunawisma, kemudian si tunawisma mengeluarkan selembar, mungkin lembar satu-satunya yang dia miliki dan di berikan kepada si FO, mungkin sebagai biaya pengobatan, yang, tentu saja, ditolak secara halus oleh si FO, “Gak usah bu, uang itu Ibu simpen saja.”