Saturday, August 21, 2010

Mendapatkan-Kehilangan

Si Via nanya ke saya td, “Apa klo qt ngdapetin sesuatu tu b’arti qt kehilangan sesuatu?”
Sy jawab, itu salah, kebalikannya lah yg bener, kita harus kehilangan sesuatu tuk dapetin sesuatu.
————————–
——————————————————————————————–
Setiap Lebaran, kami sekeluarga kumpul. Dan seperti biasa, acara bagi2 uang Lebaran selalu berlangsung. Salah satu sepupu sy, katakan lah A (mun disebutkeun sieun indungna ngamuk, hhe), mendapatkan banyak uang, yg selalu dia simpan di dompet khusus. Kami biasa merayakan Lebaran di kota yg panas, Purwakarta, dan tentu saja, sebotol minuman segar dingin sangatlah menggoda. Ketika sepupu yg lain membeli sebotol minuman dingin, si A juga mau, dan dia meminta uang kepada ibunya. Namun ibunya berkata, “Pakai aja uang kamu.” Dan otomatis si A menolak. Hahahaha.
Perbincangan akan berlanjut dengan nasehat ibu, bahwa ini adalah semacam latihan. Bahwa yg kita miliki tidak ada yg abadi. Kita harus kehilangan sesuatu tuk dpetin sesuatu. Si A harus kehilangan uang untuk membeli minuman segar.
————————————————————————————————————————
Tapi semua gak sebatas seperti jual-beli biasa, pembeli kehilangan uang dan mendapatkan barang, penjual kehilangan barang dan mendapatkan uang. Semua sudah diatur sama BOS di atas, dengan dimensi waktu yg tek terbatas.
Contoh, seorang dosen sy dulu ketinggalan perahu untuk menyebrang ke pulau Jawa dan kuliah di salah satu PT ternama (ketinggalan gara-gara kurang ongkos,hehe), padahal dia sudah memiliki kursi disana.
Tapi setelah berhasil dapet duit, dia tetep ke kota Bandung ini, berjualan apa adanya, kuliah di salah satu PT ternama lainnya sambil berusaha. Mendapatkan penghasilan, jodoh dan pekerjaan selain sebagai polotisi, penemu juga dosen. Dia kehilangan waktu dan kesempatan. Tp mendapatkan banyak hal baik lainnya.
————————————————————————————————————————
Tp gimana kalo yg dipermasalahkan tetep, keu2h, soal kehilangan?

Barangkali kisah yg sy baca dari The Healing Stories karya GW Burns berikut ini, bisa ngasih inspirasi. Dikisahkan, seorang lelaki keluar dr pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah tujuan dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Jah, cumang sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.”Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayuny indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal.
Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru.
Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak,mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan?Apa yang diambil oleh perampok tadi? Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh,bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.
————————————————————————————————————————
Pada akhirnya, adalah sikap kita menyikapi kehilangan. Toh, kita gak punya apa-apa dari awal, semuanya cumang titipan. Selain amal ibadah juga pengalaman hidup, apalagi yg kita miliki?

No comments: