Saturday, August 21, 2010

Sekedar Cerita

Beberapa waktu yg lalu, si sayah mengantar sang ibu ke dokter. Duduk di luar, di pinggir pintu, nyaman, diterpa angin sepoi-sepoi di tengah-tengah suhu Bandung yg semakin panas.
Ujung mata tiba-tiba menangkap sesosok manusia dengan buntelan yg banyak di bahu. Seorang tunawisma, berjalan menuju apotek. Melanjutkan lamunan, tiba-tiba si sayah disapa, si tunawisma, seorang ibu setengah baya, dengan pakaian kotor dan sobek di beberapa tempat, kotor, kumal dan kusam. Rambut ala penyanyi rege, tapi tanpa bundelan, yang rupanya di simpan di pojok.
Dia bertanya, “Permisi pak, apa ini rumahnya Ibu Dokter?”.
Tersenyum, baik di bibir dan dihati, sayah menjawab. “Ibu mau periksa? Ke dalam aja Bu.” Dia tertegun, dan membuat saya kembali mempersilahkan dia untuk masuk.

Setelah menunggu beberapa saat, sayah memutuskan masuk ke dalam, dan melihat si tunawisma tadi berbicara dengan FO, tentang obat yg dia terima (Pemeriksaan dan obat gratis). Tak lama, si tunawisma lalu keluar. Si FO menyuruh OB membersihkan kursi bekas si tunawisma diperiksa, wajarlah, karena dia benar-benar kotor.
Sayah ngobrol ama si mamah, setelah si tunawisma itu keluar untuk mendapatkan dia kembali ke dalam. Dia berkata ke pada FO, ada barangnya yg ketinggalan. Si FO menjelaskan dengan sabar, tidak ada, si tunawisma bilang mungkin di kamar mandi, si FO menjawab, bahwa si tunawisma gak ke kamar mandi. Lalu si FO bertanya, “Apa yang ketinggalan?” si tunawisma menjawab, jika dompetnya yang gak ada. Si FO meminta si tunawisma mencari lebih seksama, kemudian, benar saja, dompetnya ada di dalam salah satu saku si tunawisma, kemudian si tunawisma mengeluarkan selembar, mungkin lembar satu-satunya yang dia miliki dan di berikan kepada si FO, mungkin sebagai biaya pengobatan, yang, tentu saja, ditolak secara halus oleh si FO, “Gak usah bu, uang itu Ibu simpen saja.”
Kejadian yang mungkin terasa biasa saja atau bahkan tidak penting. Tapi, bahakan seorang yang bahkan tidak mempunyai tempat berteduh pun masih mau berusaha membalas pertolongan yang dia peroleh. Membayar apa yang sudah dia terima. Tidak mau gratis dan dengan ilmu atau pendidikan yang dia miliki, berusaha berterima kasih atas apa yang dia terima.
Sebuah pelajaran, bahwa apa yang kita peroleh dari orang lain itu adalah sesuatu alasan, untuk kita kembali memberi. Kita memberi, dan kita akan menerima. Kita kehilangan, dan kita akan mendapatkan.
Tapi yang paling menggugah adalah, terlepas dari keadaan dia, si tunawisma berusaha untuk tidak mau dikasihanai, dia tetap berusaha untuk membayar, tidak mau menjadi beban. Walaupun rejeki mengatakan lain.
Yup. Dia berusaha, tidak diam dan menerima semua apa adanya, lalu diam dan menutup mata juga telinga.
Btw, buat kalian yang merasa di rundung masalah, sayah jamin, masalah kalian gak sebesar si tunawisma, jadi, sabar sajah dah, Haha.

No comments: