Friday, January 16, 2009

Turning Point

Sudah sampe titik dimana saya harus mementukan pilihan, nekat, atau play save. Biasanya sih saya maen nekat, tapi kalo ngeliat umur, wah, susah. Biasalah, sudah bukan saatnya saya main-main lagi dengan yang namanya mencari pasangan hidup. 28 tahun men saya dah hidup di atas bumi tua yang semakin kotor ini. Saya harus mencari sebuah titik balik.

Yuni dah mulai bisa sms an lagi dengan saya, kemungkinan besar, rasa kesalnya sudah hilang. Ya, mudah2an. Rasa kesal apa? hahahaha, masih belum bisa saya bagi. Ntar bisi comel, hahahahahaha. Karena menurut sepupunya, dia tidak marah beneran, ato mungkin lebih tepat tidak betul-betul marah.


Hari ini juga saya bertemu dengan orang yang memang ingin saya temui, melihat wajahnya sedikit bisa menenangkan hati, wajahnya yang lucu dan sikapnya yang gokil. Tapi saya harus menjaga diri. Ingat Can, dia sudah punya kekasih, jaman dimana kamu merebut hati kekasih orang lain sudah berlalu. Tapi setidaknya dahaga ini sudah terpuaskan walau sedikit.

Puas karena semuanya ternya sudah berjalan lebih baik, puas karena saya memiliki sahabat yang, well, menyenangkan. Masalah memang datang dan pergi, namun selalu saja ada seseorang yang menjadi, katakanlah, harapan, sesuatu yang ingin saya liat, saya ingin melihat dia, ato mereka. Wajah mereka menjadi harapan bagi saya, walaupun bagi saya, hanya wajah-wajah mereka saja yang saya inginkan untuk saya pandangi. Dan itu sudah cukup bagi saya.

1 comment:

super iyyankk said...

jaman dimana kamu merebut hati kekasih orang lain sudah berlalu.

mksudnyaa ? bahaha ! PARAHH !